PENYIAPAN PERANGKAT TES DALAM
BENTUK SOAL PILIHAN GANDA
Oleh :
Arif Hermawan, S.Si
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Pasal 1 ayat 1 Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003).
Penilaian merupakan komponen penting dalam system pendidikan untuk mengetahui perkembangan dan tingkat pencapaian hasil pembelajaran. Penilaian memerlukan data yang baik. Salah satu sumber data itu adalah hasil pengukuran. Kegiatan pengukuran ini biasanya dilakukan melalui tes. Tes sebagai alat ukur, perlu dirancang secara khusus sesuai dengan tujuan peruntukannya, dan perlu dipersiapkan dengan sebaik – baiknya sesuai dengan kaidah – kaidah penyusunannya.
Dalam rangka penyiapan perangkat tes untuk ujian, tahap – tahap kegiatan yang dilakukan meliputi : penyusunan kisi – kisi, penulisan soal, penelaahan soal, perbaikan soal, dan perakitan soal. Setelah soal ditulis berdasarkan kisi – kisi yang telah disusun, dipandang perlu untuk ditelaah dan diperbaiki. Penelaahan soal dimaksud adalah penelaahan secara kualitatif yaitu kegiatan meneliti kembali soal – soal yang sudah ditulis, dengan mempertimbangkan kaidah – kaidah yang sudah diterapkan dalam penulisan soal. Yang dimaksud dengan perbaikan soal adalah kegiatan menyempurnakan soal yang sudah ditelaah untuk disesuaikan dengan criteria yang tercakup dalam bidang materi, konstruksi, dan bahasa yang belum dipenuhi. Soal – soal yang telah diperbaiki itu, selanjutnya dirakit menjadi perangkat tes. Yang dimaksud dengan perakitan soal adalah kegiatan merangkai butir – butir soal yang sudah diperbaiki menjadi perangkat tes yang siap pakai.
B. PENYUSUNAN KISI – KISI
Pengertian Kisi – kisi
Kisi – kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal – soal yang diperlukan atau yang hendak disusun.
Format kisi – kisi bergantung kepada tujuan penggunaan tes. Misal, kisi – kisi tes yang dimaksudkan untuk mendiagnosis kesukaran belajar siswa berbeda dengan kisi – kisi tes yang dimaksudkan untuk melihat prestasi belajar siswa.
Penyusunan kisi – kisi merupakan langkah penting yang perlu dilakukan dalam setiap penulisan soal.
Tanpa adanya kisi – kisi kita tidak dapat mengetahui arah dan tujuan setiap butir soal.
Kegunaan Kisi – kisi
Kisi – kisi tes digunakan sebagai panduan / pedoman dalam penulisan soal dan perakitan soal.
Dengan adanya panduan ini, penulis soal akan dapat menghasilkan soal – soal yang sesuai dengan tujuan tes. Penulis soal yang berbeda juga akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, baik dari tingkat kedalamannya maupun dari cakupan materi yang ditanyakan.
Syarat kisi – kisi yang baik :
a. Dapat mewakili isi kurikulum secara tepat
b. Komponen – komponennya jelas dan mudah dipahami
c. Komponen – komponennya banyak dan rinci
d. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan
Komponen Kisi – Kisi
Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi – kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun.
Komponen – komponen ini dapat dihimpun menjadi dua kelompok yaitu, kelompok identitas dan kelompok matriks.
Komponen – komponen yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi – kisi tes prestasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Jenis sekolah
2. Mata pelajaran
3. Kurikulum yang diacu
4. Alokasi waktu
5. Jumlah soal
6. Bentuk soal
7. Tahun pelajaran
8. Nomor urut
9. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
10. Bahan kelas / semester
11. Materi
12. Indikator
13. Nomor soal
Butir 1 – 7 merupakan komponen identitas dan sisanya termasuk komponen matriks.
C. KAIDAH PENULISAN SOAL PILIHAN GANDA
Kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diikuti penulis agar soal yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Soal yang mutunya baik adalah soal yang mampu menjaring informasi yang diperlukan.
Untuk dapat menghasilkan soal yang baik, para penulis soal perlu memperhatikan kaidah penulisannya. Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda terdiri atas tiga segi, yaitu segi: materi, konstruksi dan bahasa. Disamping itu ada hal yang harus diperhatikan, yaitu para penulis soal perlu menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerawanan, terutama yang menyangkut suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda yang harus diikuti para penulis soal adalah seperti berikut ini.
a. Materi
Kaidah penulisan soal ditinjau dari segi materi adalah :
1. Soal harus sesuai dengan indicator
Artinya soal yang disusun harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator yang terdapat pada kisi-kisi.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis
Artinya semua pilihan jawaban harus berasal dari materi sama, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus logis/masuk akal, dan berfungsi (diperkirakan akan ada yang memilih).
3. Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat
Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dengan demikian untuk satu soal hanya ada satu kunci jawaban. Jika ada beberapa jawaban yang benar, maka yang merupakan kunci jawaban adalah yang paling tepat. Dalam hal ini harus juga diperhatikan ketepatan penempatan kunci jawaban.
b. Konstruksi
Kaidah penulisan soal ditinjau dari segi konstruksi adalah :
1. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas
Artinya bahwa hal yang hendak ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran ganda dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap butir soal, jika tanpa melihat pilihan jawaban, siswa sudah dapat mengerti maksud/pertanyaan pada pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
Artinya perumusan atau pernyataan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
3. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban
Artinya bahwa pada pokok soal tidak boleh terdapat kata/kelompok kata atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk kearah jawaban yang benar
4. Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda
Artinya bahwa pokok soal jangan menggunakan dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini mencegah terjadinya kesalahan interpretasi siswa terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5. Gambar/grafik/table/diagram dan sejenisnya jelas dan berfungsi
Artinya jika pada soal terdapat gambar/grafik/table/diagram atau yang sejenisnya yang menyertai soal yang ditanyakan, maka gambar/grafik/table/diagram atau yang sejenisnya, harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh siswa. Jika soal tersebut tetap dapat dijawab tanpa melihat gambar/grafik/tabel atau yang sejenisnya, berarti gambar/grafik/tabel tersebut tidak berfungsi. Dalam hal terakhir ini tidak perlu dipakai gambar/grafik/table/diagram, dan sejenisnya.
6. Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama
Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7. Pilihan jawaban jangan menggunakan pernyataan berbunyi, “Semua jawaban di atas salah” atau “Semua jawaban di atas benar”, dan sejenisnya
Dengan adanya pilihan jawaban seperti tersebut, maka secara materi pilihan jawaban sudah berkurang satu, karena jawaban tadi bukan merupakan materi yang ditanyakan.
8. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau secara kronologis
Pengurutan angka dilakukan dari angka kecil ke angka besar, atau sebaliknya, dan pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktu. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat pilihan jawaban.
9. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Ketergantungan pada soal sebelumnya akan mengakibatkan siswa yang tidak dapat menjawab soal pertama, tidak dapat menjawab soal berikutnya.
c. Bahasa
Kaidah penulisan soal ditinjau dari segi bahasa adalah :
1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Dalam penyusunan soal, penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, harus selalu diperhatikan.
2. Menggunakan bahasa yang komunikatif
Artinya bahasa yang digunakan dalam soal harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa sehingga soal mudah dimengerti.
3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (bias budaya)
Penggunaan bahasa yang berlaku setempat akan mengakibatkan kesalahan/perbedaan penafsiran.
4. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama
Penggunaan kata/kelompok kata yang sama yang bukan merupakan satu kesatuan harus ditempatkan pada pokok soal.
D. SARAN DALAM PENULISAN SOAL
1. Soal yang dibuat hendaknya layak untuk mengukur kemampuan intelektual siswa tingkat tertentu.
2. Soal yang dibuat jangan sampai mengakibatkan adanya siswa yang menjadi korban.
3. Perumusan soal hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa, jelas maksudnya (tidak berpenafsiran ganda), dan harus mengandung pernyataan yang tegas (tidak menimbulkan kemungkinan adanya alternatif jawaban selain yang diharapkan). Hindarkan instruksi yang bersifat rancu.
4. Soal harus memenuhi tiga kebenaran : (a) kebenaran materi; (b) kebenaran metodologi penyusunan soal; dan (c) kebenaran bahasa soal (selaku media komunikasi antara penulis soal dengan penjawab soal.
5. Dalam satu butir soal hendaknya hanya ditanyakan satu persoalan saja (hanya untuk mengukur satu kemampuan).
6. Demi aktualitas dan keandalan soal, hindarilah kesukaan mengutip soal yang sudah pernah digunakan ataupun yang sudah dibukukan dalam kumpulan soal.
7. Soal untuk bentuk tertentu harus betul – betul berbeda dari soal untuk bentuk yang lain.
8. Dalam soal pilihan ganda, setiap opsi harus berarti (mempunyai peran) dalam pengukuran kemampuan siswa, bukan sekedar pendamping jawaban kunci. Ciri opsi yang semacam ini adalah antara pengecoh (distractor) dan kuncinya hampir sama atau terasa sulit membedakannya (terutama bagi penjawab yang kurang menguasai masalahnya).
9. Petunjuk mengerjakan soal hendaknya sederhana, jelas maksudnya, dan tidak bertumpang tindih atau bertentangan antara petunjuk umum dengan petunjuk khusus.
E. ANALISIS KONSTRUKSI DAN BAHASA SOAL
1. Kalimat pokok soal berpola bahasa daerah (Jawa) dan pengalihaksaraan kata/istilah asing tidak konsisten :
Bilangan decimal 0,125 jika dinyatakan dalam system bilangan hexsadesimal menjadi …. (16)
a. 0,02
b. 0,2
c. 0,4
d. 0,6
e. 2
Keterangan :
Agar kalimat pokok soal diatas berpola bahasa daerah, kalimat tersebut dapat diubah susunannya, misalnya menjadi :
Jika bilangan desimal 0,125 dinyatakan dalam sistem heksadesimal, bilangan itu akan menjadi …. (16)
Atau :
Bilangan desimal 0,125 dinyatakan dalam sistem heksadesimal menjadi …. (16)
Atau :
Bilangan desimal 0,125 menjadi ….(16) jika dinyatakan dalam sistem heksadesimal.
Selain perbaikan susunan kalimatnya, pengalihaksaraan kata/istilah pun perlu dilakukan secara konsisten. Artinya, kalau kata/istilah itu dapat ditulis menurut sistem bahasa Indonesia dan tidak menimbulkan kesalahan yang fatal atau menyalahi maknanya, sebaiknya ditulis menurut sistem bahasa Indonesia. Kalau salah satu unsur gabungan kata/istilah sudah ditulis menurut sistem bahasa Indonesia, maka unsur lainnya pun perlu disesuaikan.
Contoh :
Kalau ternyata kata decimal sudah dapat dituliskan menjadi desimal, sebaiknya kata system dituliskan menjadi sistem.
2. Susunan kalimat pokok soal membingungkan dan terlalu panjang :
Suatu perjalanan dengan kendaraan kecepatan 40 km/jam ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit, jika kecepatan kendaraan 50 km/jam berapa waktu yang digunakan …
a. 1 jam 40 menit
b. 1 jam 15 menit
c. 1 jam 12 menit
d. 1 jam 10 menit
e. 1 jam
Keterangan :
Kalimat di atas kacau/membingungkan karea polanya isian/lengkapan, tetapi mengandung pemakaian kata tanya berapa. Selain itu, kalimatnya terlalu panjang sehingga mengganggu pemahamannya. Agar menjadi kalimat pokok soal yang baik, kalimat tersebut sebaiknya diubah menjadi :
Suatu perjalanan dengan kendaraan berkecepatan 40 km/jam memakan waktu 1 jam 30 menit. Jika perjalanan itu berkecepatan 50 km/jam, berapa waktu yang digunakan?
Atau :
Suatu perjalanan dengan kendaraan berkecepatan 40 km/jam memakan waktu 1 jam 30 menit. Jika perjalanan itu berkecepatan 50 km/jam, waktu yang digunakan (adalah) ….
3. Gambar dan penjelasan/pernyataannya tidak sesuai, serta kalimat pokok soalnya membingungkan (mengandung pikiran yang kacau) :
Perhatikan gambar disamping, jika diameter pulley A = 25 cm, diameter pulley B = 10,5 cm. Maka jarak titik pusat A dengan titik pusat B adalah …
a. 5,5 cm
b. 21,5 cm
c. 22 cm
d. 22,25 cm
e. 23,25 cm
Keterangan :
Dalam Keterangan gambar atau pernyataan dikatakan bahwa diameter puli A = 25 cm dan diameter puli B = 10,5 cm, diameter kedua puli itu berbeda (tidak sama). Tetapi, kenyataan yang ada pada gambar di samping kiri justru diameter kedua puli itu sama. Agar tidak menyesatkan atau membingungkan peserta ujian/tes gambar perlu disesuaikan dengan pernyataannya.
4. Kalimat pokok soal meragukan
Diameter sebuah kawat digambar 2 cm (skala 5:1) diameter sesungguhnya adalah …
a. 10 mm
b. 6 mm
c. 4 mm
d. 2 ½ mm
e. 2 mm
Keterangan :
Kalimat pokok soal di atas meragukan karena ada kesalahan penulisan kata, yaitu mestinya di gambar (pada gambar), tetapi ditulis digambar (dikenai gambar). Selain itu, penempatan kata-kata diameter sesungguhnya ... di belakang skala cukup mengganggu pemahaman. Agar mudah dipahami, kalimat di atas sebaiknya diubah menjadi :
Perhatikan gambar di bawah ini!
Diameter sebuah kawat = 2 cm. Skala gambar 5:1, diameter sesungguhnya adalah …
Atau :
Perhatikan gambar di bawah ini!
Diameter sebuah kawat= 2 cm. Jika Skala gambar 5:1, diameter sesungguhnya adalah …
Contoh lain :
Harga 4 buku dan 5 pensil adalah Rp. 6.000,-; harga 2 buku dan 3 pensil adalah Rp. 3.300,-. Harga masing-masing adalah …
a. Rp 750,- dan Rp 700,-
b. Rp 600,- dan Rp 700,-
c. Rp 700,- dan Rp 650,-
d. Rp 700,- dan Rp 750,-
e. Rp 750,- dan Rp 600,-
Keterangan :
Penggunaan tanda baca titik koma (;) dalam kalimat diatas menimbulkan keraguan karena dapat ditafsirkan sebagai pengurutan dua kejadian, yaitu: Pertama, harga 4 buku dan 5 pensil adalah Rp 6.000,- (Penulisan yang betul: Rp 6.000,00), dan yang kedua, harga 2 buku dan 3 pensil adalah Rp 3.300,-. (Penulisan yang betul: Rp 3.300,00). Kalau halnya demikian, tentulah sulit dibuat persamaannya karena memiliki kemungkinan yang bermacam-macam.
Kalimat pokok soal di atas akan lebih jelas jika diubah menjadi:
Harga 4 buku dan 5 pensil adalah Rp 6.000,00. Jika harga 2 buku dan 3 pensil saja harganya Rp 3.300,00, berapa harga masing-masing ?
Atau :
Harga 4 buku dan 5 pensil adalah Rp 6.000,00. Jika 2 buku dan 3 pensil saja harganya Rp 3.300,00, harga masing-masing adalah …
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1994. Pedoman Penelaahan, Perbaikan dan Perakitan Soal. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Balitbang
Depdiknas. 2008. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta : Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang.
Selasa, 04 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar